Sabtu, 20 Juli 2013

Tanda-Tanda Orang yang Dapat Berkah Lailatul Qadar

Suatu keberuntungan bagi orang yang mendapatkan berkah Lailatul Qadar yang hanya terjadi setahun sekali. Apa saja tanda-tanda orang yang mendapatkannya?

"Tanda orang yang dapat ada 3. Pertama, dia senantiasa ingin berusaha menjadi yang terbaik di mata Allah maupun kepada manusia. Selalu mengerjakan yang terbaik di mata Allah," ujar Ustad H Ahmad Zaky ketika berbincang dengan detikRamadan.

Kedua, orang yang mendapatkan Lailatul Qadar, dalam beribadah selalu merasa kurang. Padahal ibadah wajib, seperti salat dan puasa serta ibadah sunah seperti tahajud dan tarawihnya tidak pernah absen.

"Tapi merasa masih kurang saja, masih kurang. Ketiga, bila sehari-harinya dia bertemu dengan siapa pun baik atasan atau bawahan, dia senantiasa menjadi orang yang biasa-biasa saja. Tidak mentang-mentang seperti 'Ini gue atasan lu'," jelasnya.

Kemudian orang yang mendapat berkah Lailatul Qadar ini lebih 'bersinar' wajahnya dan enak dipandang. Namun tanda ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang dekat kepada Allah.

"Bersinarnya bukan seperti sering facial ya, jangan diartikan seperti itu. Bersinar dalam arti wajahnya mencerminkan hati yang sejuk, jika dia bicara menyejukkan hati orang-orang yang mendengarnya," tutur Zaky.

Dan orang yang mendapat lailatul qodar akan mengalami peristiwa spiritual, sensasi spiritual yang tidak bisa diceritakan dengan kata-kata. Pengalaman spiritual sifatnya pribadi dan pastinya akan sangat membekas di hatinya sehingga bertambah kuatlah keimanannya bertambah baik perilakunya karena orang yang beriman pastilah juga beramal shaleh. Artinya adalah ibadah-ibadah yang dilakukannya akan tercermin dari perilakunya sehari-hari seperti senang sedekah, mampu mengendalikan diri, dan lebih toleran pada seluruh manusia apapun agama, suku, golongannya.

Bukankah Nabi SAW diturunkan ke bumi untuk menyempurnakan ahlak? jadi sehebat apapun ibadah yang dilakukan jika tidak memiliki ahlak yang baik maka akan sia-sia belaka karena tidak memahami tujuan daripada ibadah itu sendiri. Ahlak itu sendiri diperlukan dalam upaya mewujudkan perdamaian di muka bumi karena salah satu arti Islam adalah perdamaian : damai kepada diri sendiri, damai kepada orang lain dan damai kepada Allah Penguasa Alam Semesta.

Sumber : detik.com

Rabu, 17 Juli 2013

Fatih Seferagic, Hafidz Qur'an


laki - laki yang berwajah tampan memang sangat menarik tapi laki - laki ini berbeda.  Masih muda, 17 tahun, hafal Qur’an. Siapa coba, yang tidak tertarik dengan remaja sholih nan tampan seperti dia. MasyAllah wa SubhanAllah... Dia Tinggal dan menetap di Amerika Serikat bukan menjadi alasan baginya untuk tidak menghafal AL-Qur’an. Akhi berkebangsaan  Bosnia ini lahir di Stuttgart, Jerman dan sekarang tinggal di Texas, AS. Pada umur 4 tahun ia pindah ke AS, tinggal di Arizona selama 3-4 tahun sebelum menetap di Baltimore, Maryland selama 7 tahun dimana ia memulai dan menuntaskan hafalan Al-Qurannya.
Sejatinya ia baru memulai menghafal Al-Qur’an pada usia 9 tahun dan menuntaskan hafalannya dalam 3 tahun, alias menjadi hafiz pada usia 12 tahun . Ia melatih hafalannya itu di bawah bimbingan Syekh Qari Zahid dan Qari Abid.  Sekarang sambil sekolah, ia juga mengajar Al Qur’an dan menjadi ketua remaja mesjid Shaykh Yasir Birjas di Dallas, Texas.
"MANJADDA WAJADA"
Bukan masalah tempat, bukan masalah usia.
Hanya masalah kemauan dan kesungguhan.
Sungguh, betapa indahnya jika mampu menghafal 30 juz.
Dan jika kita telah berusaha tetapi tidak bisa menghafal 30 juz,  jangan lupa kembalikan semua pada Takdir ^^


Berikut ini page Fatih Seferagic di Facebook  dan twitter: 

Detik-detik Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Makam Rosulullah Muhammad SAW

PAGI itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah: “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,".

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana sepertinya tengah menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.

“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.

“Siapakah itu, wahai anakku?”

“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.

“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.

Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?”  Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii. ummatii. ummatii.”

“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”

‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” 

Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan: 

”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”

Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.

Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.” 

Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” 

Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”

Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” 

‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”

Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah manusia yang paling mulia, manusia yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah.

Allahumma shali'alla sayyidina wa mawlana Muhammad....